http://images.thresag.multiply.multiplycontent.com/
Gua Maria merupakan salah satu sarana berdoa umat Katolik yang mempunyai penghormatan khusus terhadap Ibunda Yesus ini. Kadang, gua Maria berlokasi dekat dengan gereja. Tak jarang juga pendirian gua Maria bersebelahan dengan biara susteran atau pun bruderan maupun pertapaan. Juga dapat ditemui lokasi gua Maria yang jauh terpencil. Nun diujung bukit di balik rimbunnya hutan kecil. Hal ini juga bukan sesuatu yang aneh. Karena, umumnya gua Maria juga didampingi dengan jalur doa jalan salib. Sehingga agar lebih menghayati betapa sulit dan beratnya Yesus menanggung dosa manusia, maka jalan salib pun dibuat agak sulit. Menanjak. Atau berjarak cukup jauh. Kadang juga harus melingkari sebuah bukit.
Dari perhentian pertama hingga ke empat belas atau lima belas tak habis harus menanjak menaiki tangga-tangga. Belum kalau musim hujan tiba. Maka tempat pun semakin sulit dilalui karena tanah menjadi basah dan licin.
Gua Maria Sawer Rahmat, yang berada di desa Cisantana, Kuningan, Jawa Barat, salah satu contoh dari tempat gua Maria yang letaknya membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa menyelesaikan perjalanan ziarah ini. Atau juga Sendang Sono, bila melalui jalur lama, jarak tempuh cukup lumayan jauh. Gua Maria yang kecil-kecil, seperti Gua Maria Selintang di Kokap-Wates, Gua Maria Purwaningsih di Donomulyo-Malang Selatan, Gua Maria Bunda Pemersatu di Tengklik-Karangayar. Gua-gua ini tidak terlalu besar. Tetapi membutuhkan jarak yang relatif cukup lumayan lama untuk mencapai lokasi ini. Belum lagi kita mengitari bukit dan desa-desa. Kadang, kalau agak tersesat sedikit, seperti untuk mencapai Selintang, kita bisa-bisa melalui suaka margasatwa dan waduk dulu, putar bukit-bukit… Enak sih, tenang, teduh, tapi jangan pergi kalau hari sudah menjelang sore. Gelap. Minim penerangan jalan. Bisa-bisa jadi perjalanan uka-uka deh…
Banyak hal yang membuat orang atau umat menjadikan sebuah lokasi tertentu untuk dijadikan gua Maria atau taman doa. Ada yang sekedar memanfaatkan lahan yang tak terpakai untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Ada juga yang sengaja mencari lokasi dengan tingkat kesulitan tertentu agar lebih berkesan bagi para peziarah. Ada karena hibah. Pun ada yang karena permohonannya telah dikabulkan dan telah bernazar sebelumnya, maka umat pun mendirikan Gua Maria dan fasilitas lainnya secara bertahap.
Namun, ada juga karena tempat tersebut dahulunya angker, maka untuk mengusirnya atau membuat tempat tersebut menjadi tidak lagi angker, penduduk setempat memanfaatkannya untuk tempat doa. Percaya, bahwa dengan sering dikunjungi untuk berdoa maka, kuasa gelap tak akan bertahan di tempat tersebut.
Tentunya, sudah tahu cerita Gua Maria Ratu Kenya , dong yang menurut cerita adalah tempat berkumpulnya para roh kegelapan. Atau juga Gua Maria Ratu Rosario di Juwana . Karena bernazar, maka dibuatlah gua Maria ini. Taman Doa Alpha dan Omega di Palur
adalah salah satu pemanfaatan lahan belakang gereja. Seperti juga halnya Taman Doa Santa Maria Regina Pacis di gereja St. Andreas, Tidar-Malang. Atau misalnya Gua Maria Wadas Gumantung, yang untuk pergi kesana, sampai harus naik ojek dulu… Atau yang ada di pulau Nusakambangan. Harus naik kapal dulu selama 2 jam, ditambah lagi jalan di pulau tersebut… Kalau tidak benar-benar mentaati waktu yang sudah direncanakan, bakalan bubar semuanya…
Bentuknya pun macam-macam. Gua terbentuk karena dibuat oleh arsitek pertamanan atau karena oleh alam itu sendiri. Umumnya, sesuai dengan usia gua itu sendiri, semula gua Maria hanya dibuat sederhana. Kecil. Tetapi kemudian berkembang semakin meluas, bahkan kadang gua Maria ikut diperbesar. Tak dipungkiri juga ada yang memang membangun sudah dalam ukuran besar. Yang dapat terjadi adalah begitu sudah ada patung Maria yang besar, maka patung Maria yang kecil seperti terlupakan. Selain mungkin kurang terawat, kadang malah jadi terlupakan. Tidak tahu ada dimana patung Maria yang lama. Seperti habis manis sepah dibuang, ya… Memang, tidak semuanya seperti ini. Ada juga yang tetap memberi tempat khusus bagi patung Maria kecil. Biar bagaimana pun, yang besar pun berasal dari yang kecil.
Bisa terlihat dari posisi patung lama dan baru seperti yang di Gua Maria Marganingsih, Gua Maria Sendang Rejo atau Gua Maria di Megamendung maupun yang ada di gua Maria Purwaningsih dan gua Maria Ratu Damai- Serpong. Bila di Marganingsih, Maria Ratu Damai - Serpong dan Sendang Rejo, patung Bunda Maria yang lama tetap bertahta di tempatnya, maka di gua Maria Purwaningsih, patung lama disimpan dalam tempat khusus bersama dengan benda suci yang lain. Tetapi, di Megamendung, patung yang lama entah dimana. Ada yang bilang di gudang, ada yang bilang entah hilang dimana….
Tapi, ada juga yang tetap berada ditempat yang lama. Namun, karena tempat itu jadi jarang dikunjungi dan dipakai untuk tempat doa, maka suasananya menjadi agak tidak nyaman.. Ini ada di Sendang Retno Adi.
Ketidaknyamanan akan lebih terasa bila di areal tersebut terdapat makam atau bekas makam. Makam siapa pun itu. Berbahagialah mereka yang tidak memiliki sensitifitas atas dunia lain di samping kita. Karena mereka tidak perlu tahu betapa tidak nyamannya tempat tersebut, walau pun telah terbentengi oleh hadirnya Bunda Maria disitu. Karena mereka tidak perlu melihat yang tidak baik untuk dilihat. Karena mereka tidak perlu merasa was-was atas apa yang terjadi disekitar wilayah itu secara kasat mata.
Dan seandainya anda memiliki sensitifitas ini, sebaiknya tetaplah untuk sadar dan waspada. Apapun yang anda lihat dan anda rasakan di tempat-tempat ini. Jangan berbuat hal yang sekiranya akan membuat orang lain menjadi kuatir atau bahkan malah ketakutan. Tetapi, jagalah agar mereka tetap tenang, seperti tak ada apa pun yang terjadi disekeliling anda.
Di setiap tempat pasti ada mahluk dari dunia lain. Hanya mungkin, derajat bahayanya berbeda-beda. Inilah yang aku rasakan selama pergi ke beberapa tempat. Ada yang
sekedar iseng pengen kenalan sampai yang sifatnya ingin menguasai dan mengganggu jiwa. Ada yang putih, baik tetapi ada juga yang hitam, jahat.
Bukan niatan untuk menakuti. Tetapi, kebanyakan gua Maria terletak di alam bebas, jauh dari keramaian. Hormatilah tempat tersebut. Tetaplah berlaku sopan dalam tingkah laku dan perkataan. Apalagi dalam kunjungan perziarahan. Lakukanlah sesuai dengan tujuannya. Berdoa. Berziarah. Bukan bicara gossip atau arisan. Doakan segala arwah baik yang kita kenal atau pun tidak. Agar mereka mendapat tempat yang terbaik dan diselamatkan dari api penyucian. Berdoalah agar mereka yang telah berada di surga mau membantu kita untuk tetap sadar di dunia agar kelak dapat kembali bersatu di surga.
Bila kita mendapat aura yang indah dari tempat perziarahan, jangan lupa untuk juga berdoa agar aura indah itu juga masuk dalam jiwa kita. Aura itu dapat dirasakan begitu kita sampai pada pintu masuk atau di depan gua maupun ketika sedang melakukan doa jalan salib. Seperti aura di gua Maria Kerep, gua Maria Ratu Damai-Serpong, gua Maria Purwaningsih, gua Maria Selintang. Fisik gua mungkin yang paling indah hanya GMKA, tetapi aura untuk doa begitu indah dalam ketiga gua ini. Yang dibutuhkan adalah kesucian hati dari para pendoa yang datang agar segala doa menjadi bunga yang indah yang dapat dipersembahkan kepada Bunda Maria sebagai perantara kepada Putranya.
Namun, bukan berarti di tempat lain jadi tidak bagus untuk berdoa. Sekali lagi perlu kejernihan, kecerahan, ketenangan dan kesucian hati dalam berdoa. Berpasrah dan sucikan diri dalam berziarah. Yakin dan percaya, dimanapun anda berdoa, Bunda Maria pasti akan mendengarkan dan akan membantu.
Tuhan Memberkati. Amin
Amazing Grace
Tidak ada komentar:
Posting Komentar